Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) Dalam Islam
Rabu, 24/2/2016
Islam
dan Barat sepertinya diciptakan menjadi dua kutub berbeda yang tidak
mungkin pernah bertemu. Ini karena landasan nilai-nilai keduanya sangat
bertolak belakang. Apabila Barat lebih menonjolkan logika, ilmu
pengetahuan ilmiah dan kebebasan, nilai-nilai Islam bersumber pada
keimanan dan ketaatan pada wahyu Ilahi dan sunah Nabi.
Salah satu kontradiksi antara Islam dengan Barat yang sedang mengemuka saat ini adalah masalah kaum
lesbian, gay, bisexual dan transgender disingkat
(LGBT).
Menurut pandangan barat LGBT merupakan bagian dari hak asasi manusia
yang harus dilindungi. Dukungan kaum liberal terhadap pelaku LGBT tidak
hanya berupa wacana namun direalisasikan dengan mendirikan organisasi
persatuan, forum-forum seminar dan pembentukan yayasan dana
internasional. Bahkan beberapa negara telah melegalkan dan memfasilitasi
perkawinan sesama jenis.
Salah satu lembaga penggalangan dana pendukung perlindungan hak asasi pelaku LGBT yaitu
Global Equality Fund
yang diluncurkan pada Desember 2011 oleh menteri luar negeri AS Hillary
Rodham Clinton. Lembaga ini mencakup upaya keadilan, advokasi,
perlindungan dan dialog untuk menjamin pelaku LGBT hidup bebas tanpa
diskriminasi.
Sementara itu, Islam menghendaki pernikahan antar lawan jenis,
laki-laki dengan perempuan, tidak semata untuk memenuhi hasrat biologis
namun sebagai ikatan suci untuk menciptakan ketenangan hidup dengan
membentuk keluarga sakinah dan mengembangkan keturunan umat manusia yang
bemartabat. Perkawinan sesama jenis tidak akan pernah menghasilkan
keturunan dan mengancam kepunahan generasi manusia. Perkawinan sesama
jenis semata-mata untuk menyalurkan kepuasan nafsu hewani.
Hukuman bagi Pelaku Homosex, Incest dan Menjimak Hewan
Sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah dalam Al-Quran dan Sunah,
homosek merupakan perbuatan hina dan pelanggaran berat yang merusak
harkat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah paling mulia. Pada masa
Nabi Luth kaum homosek langsung mendapat siksa dibalik buminya dan
dihujani batu panas dari langit. Selain zina dan pemerkosaan,
pelanggaran seksual menurut Islam termasuk LGBT, incest (persetubuhan
sesama muhrim) dan menjimak binatang. Sanksi bagi pelaku semua
pelanggaran seksual tersebut adalah hukuman mati.
بَابُ مَنْ عَمِلَ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ
2561 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ، وَأَبُو بَكْرِ بْنُ
خَلَّادٍ قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيرِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ
عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ
وَجَدْتُمُوهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ، فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ
وَالْمَفْعُولَ بِهِ»
__________
[حكم الألباني] صحيح
…dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:” Barang
siapa menjumpai kalian orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, maka
bunuhlah orang yang mengerjakan dan orang yang dikerjai”.
[Hadist Ibnu Majah No. 2561 Kitabul Hudud]
بَابُ مَنْ أَتَى ذَاتَ مَحْرَمٍ وَمَنْ أَتَى بَهِيمَةً
2564 – حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ
قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ
إِسْمَاعِيلَ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ الْحُصَيْنِ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«مَنْ وَقَعَ عَلَى ذَاتِ مَحْرَمٍ فَاقْتُلُوهُ، وَمَنْ وَقَعَ عَلَى
بَهِيمَةٍ فَاقْتُلُوهُ، وَاقْتُلُوا الْبَهِيمَةَ»
__________
[حكم الألباني] ضعيف دون الشطر الثاني فهو صحيح
… Ibnu Abbas meriwayatkan: “Barang siapa menjimak muhrimnya maka
bunuhlah, dan barang siapa menjimak hewan maka bunuhlah pelaku dan
binatang yang dijimak”.
[Hadist Ibnu Majah No. 2564 Kitabul Hudud]
Homosex pada Jaman Nabi Luth
Penyimpangan seksual homoseks telah ada sejak jaman Nabi Luth. Kaum
homoseks pada jaman Nabi Luth merupakan salah satu umat yang dilaknat
dan tertimpa azab langsung dari Allah
subhanahu wa ta’ala. Pelanggaran seksual berupa homoseks umat Nabi Luth bisa dilihat dalam Al-Quran:
- Surat An-Naml ayat 54-55
- Ash-Syu’araa’ ayat 165 – 166 dan
- Huud ayat 77 dan seterusnya.
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ (54)
Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya:
“Mengapa kamu mengerjakan perbuatan hina itu dan kalian memamerkannya?”
[Surat An-Naml ayat 54]
أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ (55)
“Mengapa kamu mendatangi laki-laki dengan nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kalian adalah kaum yang bodoh”.
[Surat An-Naml ayat 55]
أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ (165)
Mengapa kamu mendatangi (menyukai) jenis lelaki di antara manusia,
[Ash-Syu’araa’ ayat 165]
وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ (166)
dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”.
[Ash-Syu’araa’ ayat 166]
Surat Huud ayat 77 – 82
وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ (77)
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada
Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan
mereka (kaum), dan dia berkata: “Ini adalah hari yang amat sulit”.
وَجَاءَهُ
قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ
السَّيِّئَاتِ قَالَ يَا قَوْمِ هَؤُلَاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ
رَشِيدٌ (78)
Dan datanglah kepadanya (Nabi Luth) kaumnya dengan
bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan
perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah
puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah
dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak
adakah di antaramu seorang yang berakal?”
قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ (79)
Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak
mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu
tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki”.
قَالَ لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ (80)
Luth berkata: “Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk
menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat
(tentu aku lakukan)”.
قَالُوا
يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ فَأَسْرِ
بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ
إِلَّا امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ
الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ (81)
Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami
adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat
mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan
pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di
antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan
ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab
kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”.
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (82)
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu
yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan
batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,